Sajak Malam
malam,, setelah mengenalmu, aku memahami sesuatu
tentang bagaimana menghargai bolamatamu
sungguh tajam pandangan matamu
menusuk langsung ke dada, darahku henyak
lalu menjadi merah jambu dan melompat ke pipiku
mewadah sesipu yang kuharap juga milikmu
agar dari jendela, tatap kita bertukar
Aku seringkali iri membaca kata-kata dan tulisan dalam blogmu
yang mampu membuat korek api, tempat parkir
dan selang air menjadi isyarat yang lebih mapan
dari biru langit, semu senja dan manja hujan.
Aku curiga kau lebih ahli mendandani jelangkung
menjadi boneka tampan yang sungguh beruntung
dimakamkan ke dalam pelukan dan bukan
dipancang di gunduk kuburan.
Hari ini kautanyakan aku sesuatu tentang bulumata
–sebab kaubilang aku lebih mumpuni dalam membacanya.
sungguh, aku lebih memilih membaca sebuah senyuman
daripada mengeja bulumata.
Sebab,tiap kuingat bulumata, kuingat pula rindu yang senantiasa
menggelayutinnya
pun romansa sebuah perasaan kala helainnya tanggal
di salah satu sisi pipi.
mungkin, kita perlu bertemu suatu hari nanti
dengan membawa koleksi bulumata yang tanggal
dikumpulkan seperti kenangan-kenangan
seperti keheningan, yang mundur pelan-pelan
tanpa perdebatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar